Pelestarian Kesenian Pencak Silat di Ambunten

LP2M Kamis, 27 Juli 2017 13:39 WIB
1809x ditampilkan Berita Kkn Pengabdian

AMBUNTEN –Sabtu (22/07), mahasiswa peserta Kuliah Kerja Nyata (KKN) Riset Partisipatif INSTIKA 2017 Posko XXXVI Desa Bukabu, Kecamatan Ambunten, mengamati langsung sebuah pagelaran Pencak Silat, yang merupakan kesenian asli Indonesia. Pencak Silat termasuk salah satu tradisi kesenian yang ada di Desa Bukabu, Ambunten. Pencak Silat dilaksanakan di rumah Kepala Desa Bukabu dengan melibatkan 120 peserta.

Pencak Silat merupakan tradisi yang sudah lama dilaksanakan di Kecamatan Ambunten. Pada mulanya pancak silat hanyalah bersifat hiburan yang mempertonkan keahlian dan ketangkasan, akan tetapi saat ini kegiatan tersebut sudah menjadi bagian dari tradisi keagamaan yang disetujui oleh para kiai kampung. Pencak silat tersebut juga diasuh oleh K. Aisi yang merupakan salah satu tokoh masyarakat, agar tidak menyimpang dari syariah. Nama dari Pencak Silat tersebut adalah Pagar Nusa yang berada di bawah naungan Nahdhatul Ulama (NU).

Pencak Silat merupakan sebuah prosesi pertarungan yang melibatkan satu orang, dua orang, bahkan lebih dalam sebuah arena yang sudah dipersiapkan. Peserta Pencak Silat bukan hanya monopoli orang dewasa, melainkan juga kalangan anak-anak yang masih kecil. Pencak Silat Pagar Nusa, selain sebagai bagian dari tradisi, juga sebagai hiburan tersendiri bagi masyarakat di Kecamatan Ambunten. Pagelaran Pencak Silat tersebut bukan hanya ada di desa Bukabu, melainkan juga meluas ke berbagai wilayah di Madura.

Dalam perkumpulan tersebut juga disediakan hidangan seperti makanan dan minuman, yang memberikan kenikmatan tersendiri bagi masyarakat yang menonton langsung pagelaran kesenian Pancak Silat. Biaya kegiatan dari pagelaran tersebut berasal dari iuran para anggota setiap minggu di tempat- tempat yang berbeda sesuai dengan kesepakatan bersama.

Abd. Razaq, salah seorang tokoh masyarakat mengungkapkan bahwa tujuan dari Pancak Silat Pagar Nusa adalah sebagai perlindungan terhadap Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Selain itu juga sebagai sarana untuk melatih mental dalam menghadapi segala ancaman maupun hadangan yang datang setiap saat (Oleh: Horirotin/KKN Posko XXXVI, Ambunten)