Melestarikan Tradisi Mengajar Ngaji Ulama Salaf

LP2M Kamis, 27 Juli 2017 12:25 WIB
4661x ditampilkan Berita Kkn Pengabdian

BATUAN-Kumandang adzan maghrib mengalun begitu indah didengar. Lalu-lalang para santri kalong untuk dibimbing mengaji al-Qur’an menuju Mushalla Pondok Pesantren Daarul Istiqamah, mulai berdatangan. Demikian juga dengan sebagian peserta KKN Riset Partisipatif INSTIKA, yang sudah siap berbagi tugas untuk pergi ke Masjid dan Mushalla. Saudara Moh. Fadhil Hasan dan Masruri, mahasiswa prodi Pendidikan Agama Islam (PAI) mendapat bagian shalat jamaah di Mushalla Pesantren Daarul Istiqamah, tempat di mana Posko kami berada.

Seusai melaksanakan salat maghrib, Fadhil membimbing mereka satu persatu membaca ayat demi ayat Al-Qur’an dengan penuh ketelatenan. Para santri yang mayoritas masih duduk di bangku Sekolah Dasar (SD) dan pendidikan Raudhatul Athfal (RA), rata-rata kurang begitu senang dengan suasana pembelajaran yang monoton.

Berbeda dengan apa yang dialami oleh saudara Masruri. Dia mengatakan, anak-anak yang dibimbing mengaji tampak sudah fasih, sehingga hanya perlu memberikan koreksi sedikit pada bacaan-bacaan yang seharusnya terlalu panjang dan pengucapan pada huruf-huruf yang hampir memiliki kesamaan pelafalan(makhariju al-huruf), seperti halnya syin dengan sin, he’ dengan ha’, qof dengan kaf, dan lain-lain.

Menurut Fadhil, mahasiswa yang juga mengambil jurusan PAI tersebut tampak begitu santai. Dia hanya mendengarkan (netene;madura red) para santri yang sudah lumayan lancar dalam membaca al-Qur’an dengan cara bergantian (darusan;madura red) menggunakan pengeras suara. Ketika satu orang membaca, maka yang lainnya dengan khidmat mendengarkan bacaan. Dengan metode demikian, secara tidak langsung kita melatih para santri untuk membiasakan diri selalu mendengarkan setiap ayat-ayat suci Al-Qur’an yang dilantunkan. Dan hati mereka akan selalu tersemai dengan ayat-ayat Al-Qur’an.

Metode tadarusan merupakan metode lama terobosan para kiai langgar yang masih tetap dilestarikan sampai sekarang. Ini karena, metode tersebut sangat membantu dalam membimbing anak-anak untuk membaca al-Qur’an dengan lancar, fasih, dan benar dalam membaca. Kami sebagai peserta KKN sangat salut dengan anak-anak di desa Batuan, yang meskipun berada dipinggiran kota, justru lumayan bagus bacaannya.

Ketua Posko XIV, saudara Mawardi dan peserta KKN yang lain melangkahkan kaki menuju ke sebuah perumahan desa Batuan Blok J. Di sana ada sebuah Mushalla yang begitu megah mirip bangunan sebuah Masjid. Mushalla tersebut diasuh oleh KH. Muzammil dan putra beliau K. Abdul Karim yang merupakan salah satu alumni pondok pesantren Annuqayah Daerah Lubangsa Selatan, diberi amanah untuk mengurus Madrasah Diniyah Al-Mu’assasah Al-Hasaniyah As-Syafi’iyyah.

K. Abd. Karim sangat senang dan antusias sekali dengan adanya mahasiswa KKN INSTIKA, sehingga di sela-sela obrolan, beliau pun tidak sungkan-sungkan meminta kami peserta KKN untuk bersedia menjadi tanaga pengajar di Madrasah Diniyah yang diasuhnya walau hanya lebih kurang satu bulan (Taufiq, Batuan)