Tradisi Sesajen dengan Jumlah Ganjil di Ambunten

LP2M Selasa, 8 Agustus 2017 09:46 WIB
6749x ditampilkan Berita Kkn Pengabdian

AMBUNTEN-Saat matahari hampir terbenam, di mana tak seorang pun yang berada di sekitar pantai, terlihat seorang nenek tua mengenakan kebaya hitam terburu-buru menghampiri pinggir pantai. Ia mengeluarkan buntalan dari daun pisang. Nenek itu terlihat khusuk dengan doa yang ia baca sampai tidak menyadari kehadiran kami. Selesai membaca doa ia menaburkan beragam bunga tepat di pantai berbatu. Kejadian itu bertepatan pada hari hari kamis memasuki malam jumat pada tangga 20 Juli 2017 sore hari. 

Tidak hanya mengenai tabur menabur bunga, tapi juga peletakan semacam nasi tiga warna yang di letakkan di pinggir pantai dengan bungkus yang sama. Yaitu daun pisang yang diikat dengan lidi di masing-masing ujung daun tersebut. Kejadian itu berulang tiap pada hari kamis memasuki hari jumat. Hari yang dianggap sakral dan menyimpan berbagai rahasia yang hanya diyakini oleh orang-orang tertentu saja.

Peristiwa langka yang mungkin hanya ditemukan di zaman dulu atau di buku-buku sejarah. Apalagi di zaman yang serba modern saat sekarang ini. Namun, kejadian ini menjelaskan bahwa masih ada minoritas orang yang memegang teguh kepercayaan nenek moyang atau peninggalan Hindu-Budha. Sehingga masih banyak yang menjaga kekentalan terhadap hal-hal yang berbau mistik. Tidak dapat dipungkiri jika sampai saat ini masi ada yang melakukan semacam persembahan. Apalagi bagi mereka yang memang dekat dengan pantai.

“Sebenarnya penaburan bunga tidak jauh berbeda dengan orang yang membakar kemenyan pada malam jumat. Atau sesajen yang di letakkan di perempat jalan dan pohon besar. Tujuannya sama-sama mengharap kebaikan dan jauh dari tolak balak” ungkap nenek tua itu saat kami susah paya menanyakan prihal langka tersebut.

Ia tidak banyak mengatakan sesuatu karena hal itu menurutnya adalah keyakinan dan hak individu yang tidak boleh di umbar-umbar kepada orang lain. Jadi hanya garis besar tujuannya member sesajen di pantai yang ia katakan. Nenek tua yang akrab di panggil Nyai Suhriya itu pun langsung pulang tanpa pamit dengan langkah yang di percepat.

Sesajen itu terus bertebaran di ombang-ambing ombak yang tidak terlalu besar. Lima warna nasi dengan bentuk bulat ukuran sedang. Merah, hitam, kuning, dan putih merupakan warna yang memiliki rahasia tersendiri bagi penganutnya. Jumlah ganjil biasanya dianggap jumlah yang bagus, bagi masyarakat awam, dan hal itu sudah mendarah daging dan dibenarkan oleh budaya budaya tertentu.  Harum menyeruak seketika yang berasal dari beragam bunga yang mulai terhanyut air. Bunga pun berjumlah tiga rupa yaitu kenanga, bunga pandan wangi, dan melati, turut melepas tolak balak menurut keyakinan mereka. 

Beragam keyakinan yang dianut oleh beberapa orang yang dikenal dengan adat dan budaya di suatu daerah. Dan bahkan dianggap hal wajar dan lumrah oleh sekelompok tertentu. Hal ini merupakan kekayaan, keunikan tersendiri yang menjadi ciri khas bangsa kita. Karena Indonesia terkenal dengan Negara kaya akan budaya serta bangsa terbesar. Dan hal itu tidak dapat di pungkiri akan kebenarannya (Oleh: Fitriyatul Faiza/ KKN Posko XXXIX)